Friday, August 3

Tiket murah dan aplikasi matematika



Sebuah Gaya Pasar Bebas
Apa Sebenarnya Cerita Dibalik Tiket Murah?



Jakarta, Radar Online
Kamis, 02/08/2012 [16:40:52]

(http://www.radaronline.co.id/berita/read/20481/2012/Apa-Sebenarnya-Cerita-Dibalik-Tiket-Murah#Event%20dan%20Seminar)


Seorang mantan pengelola sebuah perusahaan penerbangan swasta yang pernah berjaya di masa Soeharto tapi kini sudah rontok, Hasan Soedjono, pernah menulis di Buletin s2b tentang lika-liku di belakang tarif murah ini. Sebuah tulisan menarik. Kita sarikan dan paparkan ulang di bagian berikut. Sama menariknya, sebenarnya adalah Buletin s2b itu, sebuah media uneg-uneg dari seorang tokoh gerakan mahasiswa 1966, RAF Mully yang kini sudah almarhum. Sambil memuat tulisan Hasan Soedjono pada edisi Februari 2005, RAF Mully, memberi komentar pendahuluan bahwa tarif murah yang ditawarkan beberapa perusahaan penerbangan waktu itu, fantastis murah sehingga seringkali terasa tak masuk akal lagi.

“Pikiran kita jadi menyeleweng, jangan-jangan pesawat yang dipakai adalah kotak sabun yang dimake-up”. Atau, “ada subsidi gelap dari pemerintah, karena yang empunya maskapai penerbangan adalah anaknya pejabat”.

Algoritma John Forbes Nash. SEMUA airline yang menggunakan CRS (computerized reservation system) berkecenderungan kuat mengaplikasikan software (peranti lunak) “revenue management”. Peranti lunak yang dipakai CRS airline menggunakan algoritma temuan John Forbes Nash, seorang ahli matematika dari Princeton University, pemenang Hadiah Nobel 1994 dalam ekonomi. Penemuan John Forbes Nash itu adalah algoritma pemecahan bidding strategy, yang akan konsisten membuat pasar yang tidak adil dan rata tingkat pemilikan informasinya, tetap menjadi lebih efisien. Aplikasi komersial yang pertama dari terobosan John Nash itu, memang adalah untuk airlines reservations.


...