Sunday, August 28

Dasar-Dasar Pendidikan

1. Arti dan Maksud Pendidikan

Perkataan "pendidikan" dan "pengajaran" itu seringkali dipakai bersama-sama. Sebenarnya gabungan kedua perkataan itu dapat mengeruhkan perkataan yang aseli. Ketahuilah, pembaca yang terhormat, bahwa sebenarnya yang dinamakan "pengajaran" (onderwijs) itu tak lain dan tak bukan ialah salah satu bagian dari pendidikan. Jelasnya, pengajaran itu tak lain ialah pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan, serta juga memberi kecakapan kepada anak-anak, yang kedua-duanya dapat berfaedah buat hidup anak-anak, baik lahir maupun batin.

Sekarang akan saya terangkan apakah arti dan maksud pendidikan (opvoeding) pada umumnya. Dengan sengaja saya memakai keterangan "pada umumnya", karena dalam arti khususnya banyak tiap aliran hidup, baik aliran agama maupun aliran kemasyarakatan itu mempunyai maksud sendiri-sendiri. Tidak hanya maksud atau tujuannya berbeda-beda, pun caranya mendidik juga tidak sama. Tentang keadaan yang penting ini kemudian akan saya terangkan lebih luas.


Walaupun bermacam-macam maksud, tujuan, cara, bentuk, syarat-syarat dan alat-alat di dalam soal pendidikan itu, akan tetapi nyatalah, bahwa pendidikan yang berhubungan dengan aliran-aliran hidup yang berjenis-jenis itu, ada pula dasar-dasar atau garis-garis yang sama.
Menurut pengertian umum, berdasarkan apa yang dapat kita saksikan dalam semua macam pendidikan itu, maka teranglah bahwa yang dinamakan pendidikan yaitu tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya pendidikan yaitu: menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, aga mereka sebagai anggauta masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

2. Hanya Tuntunan Dalam Hidup

Pertama kali haruslah kita ingat, bahwa pendidikan itu hanya sebuah "tuntunan" didalam hidup tumbuhnya anak-anak kita. Ini berarti, bahwa hidup tumbuhnya anak-anak itu terletak diluar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, sebagai manusia, sebagai benda hidup, teranglah hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Seperti yang termaktub didalam keterangan dimuka, maka apa yang dikatakan "kekuatan kodrati yang ada pada anak-anak itu' tiada lain ialah segala kekuatan didalam hidup batin dan hidup lahir dari anak-anak itu, yang ada karena kekuasaan kodrat. Kita kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan-kekuatan itu, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu.

Akan lebih teranglah uraian kita itu, jikalau kita ambil contoh atau perbandingan dengan hidupnya tumbuh-tumbuhan. Seorang tani (yang dalam hakekatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi. Ia dapat memperbaiki tanahnya, memelihara tanamannya, memberi rabuk dan air, memusnahkan ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanamannya, begitu sebagainya; tetapi meskipun Ia dapat memperbaiki pertumbuhan tanamannya itu, mengganti kodrat-iradatnya padi, ia tak akan dapat. Misalnya ia tak akan dapat menjadikan padi yang ditanamnya itu tumbuh sebagai jagung; pun tak dapat ia memeliharanya sebagai caranya memlihara tanaman kedele dan sebagainya. Mustahil! Pak Tani harus takluk pada kodratnya padi. Memang benar, ia dapat memperbaiki keadaannya bahkan ia akan dapat juga menghasilkan tanamannya itu lebih besar daripada tanaman yang tidak dipelihara, akan tetapi mengganti kodratnya padi itu mustahillah. Demikianlah pendidikan itu, walaupun hanya dapat "menuntun", akan tetapi besarlah faedahnya bagi hidup tumbuhnya anak-anak.

(bersambung)
 Sumber: Karya Ki Hajar Dewantara; "Keluarga" Th. I No. 1,2,3,4. Nop., Des. 1936, Jan. Pebr 1937